Anakku, berpuas-puaslah mengkhayal dan merapal imajinasimu.
Jangan hitamkan kulitmu dengan memunguti receh yang disebar pengendara roda empat.
Peluit itu bukan mainanmu, anakku, untuk menggiring kendaraan memutar balik atau sekedar meninggalkan parkiran.
Anakku, aku kumpulkan sejumlah buku untuk mengenyangkanmu kelak.
Jangan kau gelisah akan gelita malam kala aku meninabobokanmu dengan dendang melayu.
Suatu hari kau akan mencari judulnya dan bernostalgia.
Jangan mencari pemuas hari ini karena kau takut diolok esok.
Tugaskulah, anakku, hari ini mengucurkan keringat mengonversikannya menjadi baju dan sepatu barumu.
Anakku, aku tidak akan kehilangan bait terakhir dalam sajakku untukmu.
Mari berseloroh dibawah beton-beton ini dan memahat kenangan dengan rapi.
Aku tak butuh kau bangga dengan kerjaku memintal benang dan mengakurkan pola-pola kain.
Tapi, anakku, kau bisa bangga dengan mimpiku untuk memberimu senyum paling lebar.
Anakku, aku mencintaimu atas nama seluruh elemen alam yang menjadikanmu milikku.
Aku mencintaimu hampir setelah aku mencintaiNya dan para utusanNya.
*Selamat hari Anak Nasional. Allah bless all children around the world.
Tuesday, July 26, 2011
Sunday, July 17, 2011
Tanya Goyang-Goyang
Dan pekat mengentalkan relung
Senyap tak luput ikut lamunkan bayang
Kita berkejaran mengimbal tanya yang goyang-goyang
Sebelum kita larut dalam selimut, geli bermimpi, dan jumpalitan kanan kiri
Kirimkan aku baris bergaris
Akan ku bayar dengan berlusin butir getir kalimat satir
Kita ini apa?
Lelucon lama?
Atau sindiran berbalur doa?
Sahnya, kita bersuara
Tak cuma merajut kata dan sengaja diusangkan udara
Subscribe to:
Posts (Atom)